“Wow,
lihat tuh arah jam 12! Kuk ada sih lelaki caemnya seperti itu,” Kata Novita dengan
wajah berseri – seri. Seolah, daya magis ketampanan lelaki yang duduk hanya
dipisahkan dua buah meja darinya menghipnotisnya.
Setengah
aktivitasnya - ketika ingin memasukkan sebuah toping cokelat es krim yang
terdapat pada sebuah sendok dalam genggaman erat jemarinya ke dalam liang mulut
pun terhenti, konsentrasinya kini hanya tertuju pada lelaki yang sedang duduk
elegan dan menyeruput secangkir kopi
Rasti,
dengan dingin memperhatikan sifat aneh yang ditujukan oleh sahabatnya yang duduk
disampingnya. Dia mendapati Novita mulai kembali menggerakkan toping coklat
diatas sendok dalam genggamannya, namun tujuannya melenceng dari awalnya ingin
melahapnya masuk ke dalam mulut malah akhirnya menjadi menyentuh pipi kanannya
karena wajahnya berpaling dan fokusnya sedari tadi terkunci erat kepada seorang lelaki.
Novita
terhenyak ketika merasakan ada krim coklat menyentuh pipinya. Dia kemudian berpaling
melihat Rasti yang memandangnya dengan dingin. Dia sadar mungkin Rasti agak
curiga dengan sikapnya, namun dengan cepat dia kembali bersikap normal agar
Rasti tak mengetahui bahwa emosi perasaannya barusan teralihkan oleh lelaki
yang tak jauh berada dihadapannya.
"Tolong
ambilkan tisu disebelahmu Rasti, " pinta Novita sambil menyunggingkan
senyum seolah seperti dipaksakan.
"Nih,"
kata Rasti sambil mengulurkan dua lembar tisu yang baru dicabut dari sarangnya.
Dengan segera Novita langsung menyambarnya dan secepat kilat mengelap noda krim
cokelat yang mengotori pipinya.
"Kuk
ada sih lelaki yang caem seperti itu?" Rasti mengulangi perkataan yang
belum lama diucapkan oleh Novita. Mendengar itu, sontak Novita menghentikan
gerakan mengelap pipinya dengan tisu.
"Eh...apa
kau bilang Rasti barusan...???" Tanya Novita berlagak tidak mendengar.
"Kuk
ada sih lelaki yang caem seperti itu..?" Ulang Rasti. Kemudian hening
sejenak. Mereka berdua bertatapan.
"Apa
aku barusan berkata seperti itu Rasti....??" Pernyataan Novita yang malah
semakin membuat bingung Rasti.
"Dengar
ya, " Kata Rasti dengan nada agak kesal. " Katanya kamu tadi ingin
ditemani ke toko buku di Mall untuk mencari rangkuman soal - soal menghadapi
Ujian Nasional, nyatanya kamu malah membaca - baca majalah, komik dan tak
sekalipun menginjak area buku pelajaran. Katanya setelah membeli buku kamu
ingin ditemani makan steak kesukaanmu,
nyatanya kita malah duduk di salah satu stand
cafe yang diluar tujuan awal tanpa penjelasan apapun. Terlebih, tiba - tiba
kamu berkata; Kuk ada sih lelaki yang caem
seperti itu!. Kamu ingat kan perkataanmu yang terucap itu sama persis
seperti 3 bulan lalu ketika kamu tujukan kepada Anton dan sekarang dia menjadi
pacarmu. Aku heran dengan statusmu yang sudah punya pacar masih saja
melontarkan perkataan itu kepada lelaki lain, terlebih..."
Rasti
mendongak ke arah lelaki yang sedang santai menyeruput cangkir kopinya dan diikuti pandangannya oleh
Novita dan kemudian melanjutkan perkataannya yang sempat terjeda; "
terlebih...lelaki tersebut mungkin sudah berumur 35 tahunan, atau bahkan sudah
mempunyai keluarga, sangat jauh berbeda dengan kita yang masih sama - sama 17
tahun"
Novita
menundukkan pandangannya dan dengan canggung memegang sedotan yang terpancang
di atas gundukan toping cokelat dalam gelas kaca model payung yang terlihat
didalamnya dipenuhi oleh seonggok es krim. Tanpa langsung merespon perkataan
Rasti, dia dengan santai menyeruput habis es krim hingga tak menyisakan apapun
dalam gelas.
Tak
lama, datang sebuah wanita dengan usia matang berpakaian jas rapi dengan rok
model pendek yang menyiratkan tungkainya yang indah dibalut dengan sepatu hak
tinggi menawan menghampiri lelaki tersebut. Lelaki itu menawarkan sang
perempuan untuk duduk dan mulai bercengkrama. Wajah kedua orang tersebut
menyiratkan ekspresi bahagia.
Melihat
suasana itu gemuruh emosi Novita tiba - tiba meningkat. Dia langsung berdiri
dan berujar kepada Rasti untuk pulang saja.
"Hei..hei...tunggu
sebentar Novita!," kata Rasti dengan melambaikan tangannya ke arah Novita
yang mendadak beranjak dari kursi dan berjalan menuju pintu exit. Sekeluarnya Novita dari stand caffe, dalam posisi masih terduduk,
Rasti melihat di hadapannya, di atas meja berdiri sebuah milkshake miliknya yang baru dia seruput beberapa tegukan saja dan
sebuah piring berisi kentang goreng yang belum dia sentuh sama sekali karena
sedari tadi fokus pikirannya hanya tertuju memperhatikan perilaku sahabatnya
yang serba aneh hari ini dan tanpa diduga sahabatnya itu dengan kemauannya
sendiri tanpa memperdulikan situasi di sekitarnya dengan entengnya
meninggalkannya begitu saja. Dia benar - benar dibikin kesal oleh sifat
ketertutupan sahabatnya hari ini
.
@@@@@
Sepatu
kets-nya memang agak lusuh, tapi
dengan perpaduan celana jeans yang
digunakannya dengan model beberapa robekan di bagian pangkal siku, ikat
pinggang yang menggantung dan kaos yang berukuran lebih besar dari tubuhnya,
membuat mode fashion yang
dikenakannya malam ini sangat pas dengan gadis seumuran dirinya. Rambutnya
tidak begitu tergerai ketika berjalan karena terselip sebuah bando berhiaskan
pita yang memberikan kesan imut manja pada wajah Novita. Dalam hiruk pikuknya
pengunjung mall, dia berjalan dengan
lugasnya namun dengan ekspresi wajah yang tak bisa ditebak. Dari belakang
perlahan - lahan Rasti terlihat berlari menyusulnya sambil membawa bungkusan
kentang goreng yang tak sempat dimakannya dan sebotol gelas plastik berisi
milkshake miliknya yang juga belum sempat dinikmati sepenuhnya saat berada di stand caffe.
"Apa
kau kenal dan ada masalah dengan lelaki tadi?" tanya Rasti ketika sudah
berjalan sejajar dengan Novita dengan nafas yang sedikit tersenggal.
"Tidak,
aku tak mengenalnya, " jawab Novita tanpa melirik sedikitpun kepada
sahabatnya itu.
Tiba
- tiba saja smartphone milik Rasti
berbunyi, menyebabkan kedua sahabat itu memberhentikan langkahnya. Novita
melihat ekspresi Rasti yang tersenyum mendapati siapa gerangan yang menelepon
dirinya.
"Tolong
pegang dulu, " kata Rasti sambil memberikan bungkusan plastik berisi
kentang goreng dan gelas plastik milkshake-nya.
Novita dengan segera menerimanya begitu saja tanpa keberatan apapun.
"Sayang,
bukannya malam ini kamu bilang lembur karena tadi bbm ke aku ada kiriman
kontainer yang datang di pelabuhan..?" Kata Rasti kepada kekasihnya dan
perlahan beranjak meninggalkan Novita untuk mencari tempat yang sekiranya tidak
terlalu bising untuk berdialog ditelepon. Sedangkan Novita hanya berdiri
mematung melihat sahabatnya pergi meninggalkannya.
Selang
10 menit berlangsung, tawa ceria perbincangan Rasti dengan kekasihnya ditelepon
terpaksa suasananya harus berubah ketika dirinya mendapati Novita sedang
menangis tersedu - sedu di kursi pengunjung bagian pojok bersanding dengan area
ATM di mall. Melihat sahabatnya
sedang menagis tanpa sebab yang dia ketahui, dia diam seribu bahasa sedangkan samar
- samar dalam speaker smartphone-nya,
kekasihnya menanyakan dengan khawatir mengapa dirinya mendadak diam dan membuat
suasana menjadi kaku.
"Bentar
ya sayang, aku ada urusan sejenak, nanti aku yang akan telepon menjelaskan,
"Ucap Rasti seketika dan langsung memutuskan hubungan tanpa memberi
kesempatan kekasihnya untuk berkata sesuatu. Setelah itu dia berlari
menghampiri Novita.
"Hey...,
" Ucap Rasti kepada Novita dengan tangan yang sudah setengah diarahkan
untuk menyentuh pundak sahabatnya itu namun mendapat tepisan pelan,
mengisyaratkan bahwa Novita sedang tidak ingin diganggu dalam kesedihannya.
Kedua sahabat itu mempunyai sifat yang sangat keterbalikan. Novita yang selalu
egois dan ingin selalu tegar menghadapi masalahnya sendiri sedangkan Rasti yang
keras kepala selalu ingin ikut terlibat dalam segala urusan orang lain walau
itu menguras waktunya dan tak menguntungkannya dari segi apapun.
"Ceritakanlah
kalau itu bisa membuatmu lega," saran Rasti kepada Novita yang masih sibuk
menyeka air matanya. Walau Rasti tahu bakalan mustahil membuat sahabatnya ini
untuk berbicara karena sudah paham betul dengan sifatnya.
"Kenapa
aku tak bisa mendapatkannya?" Kata Novita sebagai langkah awal memulai
curhatnya. Kata - katanya itu membuat Rasti senang karena untuk pertama kali
sahabatnya ini mau mengutarakan sesuatu dalam hidupnya. Rasti memalingkan
wajah, mengubah posisi duduknya ke arah Novita dan memandanginya dengan
antusias sambil dalam hati berkata, lanjutkanlah
sobat.
"Kenapa
aku tak bisa seperti lelaki dewasa tadi, terlihat bahagia bersama entah
siapapun wanita yang mendatanginya saat berada di stand caffe. Kenapa aku tak bisa sepertimu, setiap harinya terlihat
bahagia berhubungan dengan kekasihmu, walau kalian berselisih usia 11 tahun dan
kamu masih duduk di bangku sekolah sedangkan kekasihmu merantau menjadi tulang
punggung keluarga, segala perbedaan itu, sepertinya tidak menjadi penghalang
apapun bagi kebahagiaan kalian, " Ucap Novita dengan terbata - bata dan
sedikit tersedak karena ingus yang dikeluarkannya saat menangis sangat tak
beraturan banyaknya.
"Kenapa
kamu berkata seperti itu...?" Kata Rasti sambil kedua jemarinya menyeka
kantung mata Novita yang mulai membesar dan kedua bola matanya semerah darah.
"Tiga minggu lalu....saat aku mendapati
sebuah bbm mesra berasal dari seorang wanita bernama Lusi pada smartphone milik Anton tanpa
sepengetahuanya, tanpa berprasangka buruk aku harap semua baik - baik saja. Dan
hari ini, tiba - tiba dengan langkah sepihak Anton memutuskanku. Hal - hal
seperti ini sering terjadi kepadaku, entah itu ketika aku dikala masih bersama
Budi, Raffi, Anwar dan sekarang Anton. Mengapa harus terjadi kepadaku? Kenapa
aku tak bisa mendapatkan sesuatu yang indah seperti dirimu Rasti?"
"Ya
ampun...jadi selama ini dirimu..., "Kata Rasti namun sontak dia segera
menutup mulutnya dengan telapak tangannya, terkejut mendengar pernyataan dari
sahabatnya ini yang menegaskan bahwa dirinya selama ini dibohongi ketika
menanyakan alasan mengapa hubungan Novita dengan mantan - mantannya
dulu selalu kandas dan selalu saja jawaban - jawaban yang dirinya dapatkan dari Novita berupa hal - hal yang monoton seperti : disebabkan oleh faktor orang
tua yang tidak menyetujui atau belum diijinkannya sahabatnya ini berpacaran
menjelang Ujian Nasional selama ini ternyata hanyalah bualan dan karangan belaka. Faktanya, setelah
mendengar kebenaran yang terungkap, dirinya sadar bahwa selama ini sahabatnya
memendam segala kepedihan itu rapat - rapat untuk dirinya sendiri.
"Apa
ada sisa kebahagiaan untukku Rasti dengan segala kondisi yang seperti
ini?" Keluh Novita dalam ekspresi keputus - asaan yang amat mendalam.
Rasti
langsung dengan segera mendekatkan jarak kepada Novita dan mendekapnya. Dalam
dekapannya dia seolah merasakan apa yang dirasakan sahabatnya saat ini juga.
Ada rasa kelegaan jiwa ketika Novita memandangi wajah Rasti setelah dia
melepaskan dekapannya.
"Biarlah
aku menjadi sisa kebahagianmu sebagai sahabatmu Novita sampai dirimu
mendapatkan kebahagiaan sejati suatu saat nanti, selama perjalanan itu aku akan
selalu ada untukmu, " kata Rasti tanpa menghiraukan dering smartphonenya yang sedari tadi berbunyi
yang mungkin saja dari kekasihnya yang khawatir karena mendadak memutuskan
sambungan.
TERIMA KASIH
waa temennya baik banget
ReplyDeletesial terus itu mbak Novita
Bukannya sebelum menemukan jodoh kebanyakan harus melewati kesialan bertubi - tubu? hihihi :)
Deletekeren banget temennya. salut hehe
ReplyDeleteIya makasih mbak Raara :) Setidaknya aku ingin menyampaikan gambaran seorang sahabat sejati :)
Deletememendam masalah sendiri memang ngga baik. Lebih baik sharing sama orang yang terpercaya karena bisa melegakan, tapi sayang nggak semua orang mau berbagi. Seperti kisah yang arif tulis pada akhirnya Novita mau berbagi dan sedikit mampu melegakan perasannya. Nice story!
ReplyDelete"Tapi sayang nggak semua orang mau berbagi"
DeleteTak kutip komentar mbak Indah diatas, dan tak tambahi:
Tapi sayang juga gak semua orang memiliki orang yang terpercaya.
jadi Intinya bersyukurlah kalian - kalian yang mempunyai sahabat sejati. Sahabat sejati itu sangat spesial. Ada sebuah ikatan yang rasanya berbeda antara seorang sahabat dan belahan jiwa :)
Makasih dah mau baca Mbak :)
Aku mau dong kentang gorengnya? hehehe yang sudah berpunya jangan dilirik ya Novita? hehehehe. Welcomeeeee. lama nggak muncul penulisnya nih hehehe
ReplyDeleteBoleh dilirik asal pake kacamata hitam hihi :P Iya maaf banget Evi terlalu lama menghilang T,T Tak usahakan gak kan terulang lagi :)Amin
DeleteIndahnya persahabatan
ReplyDeleteSuper sekali Mbak Lia :)
DeleteKasihan sekali Novita, kisah cintanya selalu berakhir sama, menyedihkan. Perih. Jangan pacara dulu makannya, Nov :"
ReplyDeleteUntung dia punya sahabat seperti Resti ya :')
Noviyana atau Novitanya yang btw gak boleh pacaran nih? :D
DeleteSahabat emang bikin dunia bewarna, tanpa sahabat emang selalu ada yang dirasa kurang :)
Makasih Yana dah mampir :)
bagus ceritanya, apa memang kata 'kok' ditulis jadi 'kuk'?
ReplyDeletebacanya jadi aneh hehehe
Ya oke deh besok2 tak rubah jadi "kok" kalau begitu he :)
DeleteMakasih tanggapannya ya Risya :)
rasanya kalo sudah bercerita mengenai sahabat pasti saya selalu siap membacanya
ReplyDelete