Tidak
seperti biasanya. Hari ini minimarket sepi pengunjung. Mungkin saja
disebabkan karena hujan yang tak kunjung reda sejak kemarin malam.
Suasana seperti ini sangat menyebalkan. Terhitung aku sudah menguap
lebih dari 50 kali sejak 6 jam yang lalu semenjak memasuki jam jaga
pertama shift pagiku sebagai kasir di minimarket. Aku lebih memilih
disibukkan dengan antrian para pembeli daripada tak ada aktivitas
seperti ini yang mana membuat rasa kantuk dengan leluasanya menyerang
sendi - sendi mataku. Ditambah tadi malam aku tidur sangat larut.
Episode terakhir dari serial drama Korea yang aku ikuti dari awal,
hanya karena ingin mengetahui endingnya saja, aku rela begadang meski
hari ini jadwalku masuk di pagi buta.
Suara
berisik derum mobil yang diparkir di halaman utama minimarket
menyelamatkanku dari rasa kantuk yang sudah diambang batas dan hampir
saja membuatku memasuki dunia mimpiku. Syukurlah ada pembeli,
batinku lega. Kuamati seorang gadis mungkin saja berumur 17 tahun
keluar dari pintu mobil berjenis sedan. Gadis itu mempunyai rambut
pirang yang berkemilau, memakai sebuah kacamata pink berkesan manja,
dengan kaos bermotif batik yang nyentrik dan celana jeans yang ketat
sehingga lekuk paha sampai lututnya menjadi ideal. Andai mempunyai
bentuk tubuh seperti gadis itu, apapun yang dipakai rasa - rasanya
menjadi cocok, dan mungkin tak akan mempunyai banyak masalah saat
membeli pakaian di mall pikirku.
"Selamat
datang, selamat berbelanja," sapaku ketika gadis itu memasuki
minimarket dan seulas senyuman menggelayut di wajahhnya. Kuamati
dirinya langsung menuju ke bagian rak makanan ringan, menoleh kesana
- kesini mencari - cari sesuatu, namun sepertinya dia tak menemukan
apa yang dia cari. Setelah itu dia beranjak dari area rak makanan
ringan dan berjalan cepat menuju ke arahku.
"Mbak,
apa cemilan rumput laut merek Tokenoi habis?"
"Oh,
maap, untuk Tokenoinya stoknya sudah kosong sejak dua minggu yang
lalu. Biasanya seminggu sekali stok datang, dan tidak biasanya
seperti ini." Jawabku seraya memberikan penjelasan. "Apa
tidak ambil merek yang lain juga tersedia kok?"
"Sebentar
saya tanya honeyku dulu," Jawab gadis itu sambil beranjak
menuju pintu keluar. Namun hanya beberapa langkah saja dia berhenti
dan menoleh kepadaku sambil berujar, " oh, itu honeyku
malah sedang menuju kesini."
Kulihat,
seorang pria keluar dari mobil sedan yang dinaiki gadis itu. Mungkin
umurnya sekitar 27 - 28 tahunan. Menggunakan kemeja krem dan celana
hitam serta sepatu pantofel coklat. Dengan rambutnya yang disisir
rapi ke arah belakang, penampilan pria itu sangat bersahaja. Ketika
dia mulai berjalan mendekat ke pintu masuk mini market, dari
kejauhan, mataku ini tak bisa berbohong bahwa diriku mengenali persis
siapa pria yang menjadi entah siapapun itu bagi gadis ini, namun
kemungkinan besar pria itu adalah kekasih dari gadis yang berada di
hadapanku ini karena dia tadi memanggilnya dengan sebutan honey
Oh,
tidak !!! Batinku dalam hati. Entah mengapa perasaan ini
begitu bergejolak ketika melihatnya. Rasa - rasanya dada ini menjadi
berat dalam bernafas. Mata ini seakan tak bisa berkedip memelototi
pria yang tengah berjalan ingin memasuki minimarket ini. Rasa kantuk
ini mendadak menghilang secara drastis. Sindrom panik pun mulai
menghantuiku. Apa..apa yang akan aku bicarakan jika bertemu
dengannya...??? Pikiranku sungguh tak karuan.
"Mbak
apa disini jual parfum merek Lullaby...?" Gadis anggun itu, yang
sekarang kembali berada di hadapanku, mengajukan sebuah pertanyaan
sembari menunggu kedatangan honey-nya
memasuki minimarket. Namun aku tak menggubris pertanyaannya.
Pandanganku masih terpaku kepada sosok pria di luar sana yang untuk
kesekian kalinya setelah beberapa tahun lamanya tak terlihat, kembali
muncul secara mengejutkan dan tanpa terduga. "Mbak apa disini
jual parfum Lullaby...yang itu loh aroma Cherry Blossom edisi
terbatas," gadis itu kembali mengulangi perkataannya karena tak
mendapatkan perhatianku. Akhirnya aku menolehkan wajahku ke arah
gadis itu, namun mendadak gadis itu tersentak kaget melihat perubahan
drastis wajahku yang menjadi sendu.
Tanpa
merespon pertanyaan gadis itu, aku langsung meninggalkannya begitu
mendengar suara pintu minimarket dibuka. Aku lari menuju gudang,
meninggalkan kesan gelagat aneh di benak gadis itu. Kulihat Agnes
rekan kerjaku sedang sibuk menyusun barang dagangan di rak
penyimpanan.
“Agnesss!!!”,
Ujarku sambil menepuk punggungnya dari belakang sehingga membuatnya
kaget seperti kutu loncat. Beberapa botol plastik minuman soda yang
sedang dibawanya untuk ditata di rak pun berjatuhan akibat sikapku
yang mengagetkannya.
“Apa
– apaan sih!!” Geram Agnes kepada diriku. Matanya melotot tajam
kepadaku, dan aku hampir tak bisa membedakan mana yang lebih
mengerikan tatapan dari seekor singa yang mengintai mangsanya atau
tatapan buas Agnes apabila dibuat jengkel oleh seseorang. Agnes ingin
kembali memarahiku dengan omelannya, namun sepertinya dia menarik
kembali kemarahannya saat melihat sikapku yang gelagapan.
“Ada
apa Lili?” Kamu keliahatan aneh sekali?”
“Anu..bisakah
kamu menggantikanku dikasir sebentar saja?”
“Hah??
Memangnya kenapa? Tidak biasanya kamu seperti ini” Tanya Agnes
sambil mendekat ke jendela yang menempel di dinding gudang yang
menjadi skat antara ruangan gudang dan minimarket. Aku mendekati
dirinya, mengamati Agnes sedang melihat dua orang yang sedang berdiri
dan bercengkrama di depan kasir.
“Siapa
sih mereka berdua yang membuatmu lari terbirit – birit seperti
kucing? “Tanya Agnes kepadaku. Kamu punya masalah dengan mereka?”
“Tidak
bukan begitu, tolong gantikan saja aku sebentar daripada mereka
menunggu terlalu lama, “ Jawabku memohon kepada Agnes. Namun Agnes
masih saja memelototiku ditambah kini kedua tangannya berkacak
pinggang. Agnes merupakan salah satu sahabat dari sekian banyak rekan
kerja. Kami selalu berbagi apa saja dan tak pernah menyembunyikan
sesuatu hal pun yang menjadi pelik dalam kehidupan. Mungkin dia
merasa aneh melihat sikapku menutupi suatu hal seperti ini.
“Oke,
akan aku ceritakan setelah kau membantuku. Aku mohon, “ kataku
memelas. Kemudian Agnes tidak lagi berkacak pinggang dan menarik
nafas panjang. Dia berjalan menuju kasir.
Kulihat
dari kaca jendela Agnes sedang membicarakan sesuatu dengan mereka
berdua. Setelah itu si gadis kembali berlari menuju rak makanan
ringan, mengambil beberapa bungkus rumput laut dan memperlihatkannya
kepada si pria yang dia panggil Honey. Si pria menyunggingkan seulas
senyum manis kepada gadis itu, kemudian mereka melakukan transaksi
pembayaran.
Entah
mengapa diriku menjadi galau melihat hubungan mereka berdua. Saling
menebar senyum satu sama lain, mereka terlihat bahagia. Mereka
terlihat sangat cocok. Gadis itu meski mempunyai selisih umur yang
jauh dengan si pria, namun tak bisa dipungkiri bahwa kecantikannya
patut disandingkan dengan kewibawaan yang dibawa oleh pria itu. Di
sisi lain aku merasa bahagia melihat mereka berdua, di sisi lain ada
rasa yang seperti menusuk di hati ini.
Andi.
Tiba – tiba saja aku menyebutkan sebuah nama. Memang tak salah
lagi, pria di depan sana itu adalah Andi. Seorang pria yang dulu
sekali pernah singgah, dan mungkin tak pernah beranjak dari hatiku.
Kau
bohong....Kau dulu bilang tidak suka rumput laut .Tapi sekarang
lihatlah, kau membuatku cemburu dengan ekspresi bahagiamu ketika
seorang gadis menawarimu makanan ringan berupa rumput laut.
Kau....Dan
karena terlalu hanyut dengan perasaan masa lalu yang kembali diputar,
akupun tidak sadar bahwa gadis itu mengamatiku dari kasir.
“Oh...tidak!!”
Jeritku pelan dan dengan spontan aku langsung merunduk dari bingkai
kaca jendela gudang. Bodoh
sekali, kenapa aku malah melamun seperti orang tolol!.
Aku menyandarkan diriku di dinding sambil merangkul kedua lutut
kakiku yang tertekuk, menundukkan kepalaku di kedua sela – sela
lubang himpitan lutut kaki yang terbuka.
Aku
harap gadis tadi tidak menyimpan rasa curiga terhadapku. Andi....aku
sudah berusaha melupakanmu. Berharap kamu tidak lagi muncul
dihadapanku dimanapun itu. Oh, tidak mengapa bisa – bisanya kau
hadir begitu saja dihadapanku tanpa terduga.
“Lili..,”
sebuah suara lirih dari Agnes dan kemudian aku merasa tubuhku serasa
digoncang. “Lili, kau tidak apa – apa? Kudengar kedua kalinya
Agnes memanggilku dan kembali menggoncang – goncangkan tubuhku
dengan kedua tangannya. Kutengadahkan kepalaku ke atas dan menoleh ke
samping, kulihat Agnes dengan posisi jongkok dengan ekspresi muka
khawatir tengah memandangiku.
“Aku
tidak apa – apa Agnes, “ ucapku sambil berusaha tersenyum.
“Kamu
menagis ?”
“Hah,
menangis ?!” Kuusap kedua kelopak mataku, masih kurasakan sisa –
sisa air mata yang bergelayutan. Bagaimana bisa aku sampai tak sadar
sudah mengeluarkan air mata!. Oh, tidak, kemunculan Andi benar –
benar mengguncang jiwaku.
Agnes
mendadak ikut menyandarkan dirinya di dinding dan duduk dengan kedua
lutut tertekuk disampingku. Dia memegangi tanganku. Perasaanku terasa
sedikit baikan ketika dirinya menyentuhku dan memberikan perhatian.
Dia memang benar – benar sahabatku.
“Mau
menceritakan apa yang terjadi sebenarnya?” Tanya Agnes, dan
bagaimanapun aku sudah berjanji ingin menceritakan segalanya kepada
dirinya setelah dia membantuku.
“Agnes,
Pria yang berada di kasir tadi.......”
saya nyimak dl ms :)
ReplyDeleteijin nyimak mas,. saya baca dulu :)
ReplyDeleteWah ceritanya bagus nih, lebih bagus lagi kalau bukan cerpen, jadi lebih panjang ceritanya wahai mas Arief. keep posting yah
ReplyDeleteHiheihei menarik ceritanya. Pinter buat cerpen. Saya malah bingung gimana mau mulainya. Penggunaan kata ganti saya, aku nya itu masih bingung hiehiehiehiehiehiehiheiheihee
ReplyDeleteParagraf awalnya terlalu banyak dan panjang deskripsi yang enggak pentingnya jadi bikin lelah pembaca mas, harusnya langsung ke intinya aja jadi gak terkesan bertele-tele. Semoga bisa lbh baik lagi ya, ceritanya. Idenya sih lumayan. ^^
ReplyDeleteidenya sudah bagus tinggal pengolahan detil ceritanya lebih luas lagi ^^
ReplyDeletecowoknya mantannya kah
ReplyDeletesaya kira diawal tokohnya cowok hehe
cerita cinta cintaan seperti senetron aja bang
ReplyDeleteCahyo JM @ Makasih Mas Cahyow :)
ReplyDeleteBisnis @ Gak perlu izin, disini semua gratis dibaca :)
Info Sehat @ Memang ceritanya aslinya panjang Bang :) Cuma ini baru part 1 :)
Asep Haryono @ Makasih Bang Asep dah mau baca :) Kalau sering - sering baca cerita apapun itu sepertinya kata ganti orang pertama dan ketiga bakal otomatis terserap di otak deh Bang :)
Mita @ Sebelumnya aku minta maap bikin Mita lelah :D Makasih dah mau baca Mita, kritik - kritikmu selanjutnya bakalan aku tunggu :)
Ina Rakhmawati @ Yap, saran dari Bu Guru Ina diterima :P :D
Dedaunan @ Hmmm...mantannya atau bukan yawh...kepo juga Mbak Suzy nih :)
Rohmad @ Ahayyy Mas Rohmad, bukannya masyarakat Indonesia pengkonsumsi tayangan sinetron hehe :) Makasih mas dah mampir :)
ini cerbung dong seharusnya.
ReplyDeletenice gan.... Saya suka ceritanya nih.
Ara Anggara @ Iya mas nanti judulnya saya ganti Cerbung, soalnya dulu niatnya bikin cerpen, eh gak tau khayalannya ampek sepanjang ini. Makasih Bang dah mau mampir dan baca :)
ReplyDelete