Wednesday, March 25, 2015

CERBUNG HOW CAN BE PART.1

Tidak seperti biasanya. Hari ini minimarket sepi pengunjung. Mungkin saja disebabkan karena hujan yang tak kunjung reda sejak kemarin malam. Suasana seperti ini sangat menyebalkan. Terhitung aku sudah menguap lebih dari 50 kali sejak 6 jam yang lalu semenjak memasuki jam jaga pertama shift pagiku sebagai kasir di minimarket. Aku lebih memilih disibukkan dengan antrian para pembeli daripada tak ada aktivitas seperti ini yang mana membuat rasa kantuk dengan leluasanya menyerang sendi - sendi mataku. Ditambah tadi malam aku tidur sangat larut. Episode terakhir dari serial drama Korea yang aku ikuti dari awal, hanya karena ingin mengetahui endingnya saja, aku rela begadang meski hari ini jadwalku masuk di pagi buta.

Suara berisik derum mobil yang diparkir di halaman utama minimarket menyelamatkanku dari rasa kantuk yang sudah diambang batas dan hampir saja membuatku memasuki dunia mimpiku. Syukurlah ada pembeli, batinku lega. Kuamati seorang gadis mungkin saja berumur 17 tahun keluar dari pintu mobil berjenis sedan. Gadis itu mempunyai rambut pirang yang berkemilau, memakai sebuah kacamata pink berkesan manja, dengan kaos bermotif batik yang nyentrik dan celana jeans yang ketat sehingga lekuk paha sampai lututnya menjadi ideal. Andai mempunyai bentuk tubuh seperti gadis itu, apapun yang dipakai rasa - rasanya menjadi cocok, dan mungkin tak akan mempunyai banyak masalah saat membeli pakaian di mall pikirku.

"Selamat datang, selamat berbelanja," sapaku ketika gadis itu memasuki minimarket dan seulas senyuman menggelayut di wajahhnya. Kuamati dirinya langsung menuju ke bagian rak makanan ringan, menoleh kesana - kesini mencari - cari sesuatu, namun sepertinya dia tak menemukan apa yang dia cari. Setelah itu dia beranjak dari area rak makanan ringan dan berjalan cepat menuju ke arahku.

"Mbak, apa cemilan rumput laut merek Tokenoi habis?"

"Oh, maap, untuk Tokenoinya stoknya sudah kosong sejak dua minggu yang lalu. Biasanya seminggu sekali stok datang, dan tidak biasanya seperti ini." Jawabku seraya memberikan penjelasan. "Apa tidak ambil merek yang lain juga tersedia kok?"

"Sebentar saya tanya honeyku dulu," Jawab gadis itu sambil beranjak menuju pintu keluar. Namun hanya beberapa langkah saja dia berhenti dan menoleh kepadaku sambil berujar, " oh, itu honeyku malah sedang menuju kesini."

Kulihat, seorang pria keluar dari mobil sedan yang dinaiki gadis itu. Mungkin umurnya sekitar 27 - 28 tahunan. Menggunakan kemeja krem dan celana hitam serta sepatu pantofel coklat. Dengan rambutnya yang disisir rapi ke arah belakang, penampilan pria itu sangat bersahaja. Ketika dia mulai berjalan mendekat ke pintu masuk mini market, dari kejauhan, mataku ini tak bisa berbohong bahwa diriku mengenali persis siapa pria yang menjadi entah siapapun itu bagi gadis ini, namun kemungkinan besar pria itu adalah kekasih dari gadis yang berada di hadapanku ini karena dia tadi memanggilnya dengan sebutan honey

Oh, tidak !!! Batinku dalam hati. Entah mengapa perasaan ini begitu bergejolak ketika melihatnya. Rasa - rasanya dada ini menjadi berat dalam bernafas. Mata ini seakan tak bisa berkedip memelototi pria yang tengah berjalan ingin memasuki minimarket ini. Rasa kantuk ini mendadak menghilang secara drastis. Sindrom panik pun mulai menghantuiku. Apa..apa yang akan aku bicarakan jika bertemu dengannya...??? Pikiranku sungguh tak karuan.

"Mbak apa disini jual parfum merek Lullaby...?" Gadis anggun itu, yang sekarang kembali berada di hadapanku, mengajukan sebuah pertanyaan sembari menunggu kedatangan honey-nya memasuki minimarket. Namun aku tak menggubris pertanyaannya. Pandanganku masih terpaku kepada sosok pria di luar sana yang untuk kesekian kalinya setelah beberapa tahun lamanya tak terlihat, kembali muncul secara mengejutkan dan tanpa terduga. "Mbak apa disini jual parfum Lullaby...yang itu loh aroma Cherry Blossom edisi terbatas," gadis itu kembali mengulangi perkataannya karena tak mendapatkan perhatianku. Akhirnya aku menolehkan wajahku ke arah gadis itu, namun mendadak gadis itu tersentak kaget melihat perubahan drastis wajahku yang menjadi sendu.

Tanpa merespon pertanyaan gadis itu, aku langsung meninggalkannya begitu mendengar suara pintu minimarket dibuka. Aku lari menuju gudang, meninggalkan kesan gelagat aneh di benak gadis itu. Kulihat Agnes rekan kerjaku sedang sibuk menyusun barang dagangan di rak penyimpanan.

Agnesss!!!”, Ujarku sambil menepuk punggungnya dari belakang sehingga membuatnya kaget seperti kutu loncat. Beberapa botol plastik minuman soda yang sedang dibawanya untuk ditata di rak pun berjatuhan akibat sikapku yang mengagetkannya.

Apa – apaan sih!!” Geram Agnes kepada diriku. Matanya melotot tajam kepadaku, dan aku hampir tak bisa membedakan mana yang lebih mengerikan tatapan dari seekor singa yang mengintai mangsanya atau tatapan buas Agnes apabila dibuat jengkel oleh seseorang. Agnes ingin kembali memarahiku dengan omelannya, namun sepertinya dia menarik kembali kemarahannya saat melihat sikapku yang gelagapan.

Ada apa Lili?” Kamu keliahatan aneh sekali?”

Anu..bisakah kamu menggantikanku dikasir sebentar saja?”

Hah?? Memangnya kenapa? Tidak biasanya kamu seperti ini” Tanya Agnes sambil mendekat ke jendela yang menempel di dinding gudang yang menjadi skat antara ruangan gudang dan minimarket. Aku mendekati dirinya, mengamati Agnes sedang melihat dua orang yang sedang berdiri dan bercengkrama di depan kasir.

Siapa sih mereka berdua yang membuatmu lari terbirit – birit seperti kucing? “Tanya Agnes kepadaku. Kamu punya masalah dengan mereka?”

Tidak bukan begitu, tolong gantikan saja aku sebentar daripada mereka menunggu terlalu lama, “ Jawabku memohon kepada Agnes. Namun Agnes masih saja memelototiku ditambah kini kedua tangannya berkacak pinggang. Agnes merupakan salah satu sahabat dari sekian banyak rekan kerja. Kami selalu berbagi apa saja dan tak pernah menyembunyikan sesuatu hal pun yang menjadi pelik dalam kehidupan. Mungkin dia merasa aneh melihat sikapku menutupi suatu hal seperti ini.

Oke, akan aku ceritakan setelah kau membantuku. Aku mohon, “ kataku memelas. Kemudian Agnes tidak lagi berkacak pinggang dan menarik nafas panjang. Dia berjalan menuju kasir.

Kulihat dari kaca jendela Agnes sedang membicarakan sesuatu dengan mereka berdua. Setelah itu si gadis kembali berlari menuju rak makanan ringan, mengambil beberapa bungkus rumput laut dan memperlihatkannya kepada si pria yang dia panggil Honey. Si pria menyunggingkan seulas senyum manis kepada gadis itu, kemudian mereka melakukan transaksi pembayaran.

Entah mengapa diriku menjadi galau melihat hubungan mereka berdua. Saling menebar senyum satu sama lain, mereka terlihat bahagia. Mereka terlihat sangat cocok. Gadis itu meski mempunyai selisih umur yang jauh dengan si pria, namun tak bisa dipungkiri bahwa kecantikannya patut disandingkan dengan kewibawaan yang dibawa oleh pria itu. Di sisi lain aku merasa bahagia melihat mereka berdua, di sisi lain ada rasa yang seperti menusuk di hati ini.

Andi. Tiba – tiba saja aku menyebutkan sebuah nama. Memang tak salah lagi, pria di depan sana itu adalah Andi. Seorang pria yang dulu sekali pernah singgah, dan mungkin tak pernah beranjak dari hatiku.

Kau bohong....Kau dulu bilang tidak suka rumput laut .Tapi sekarang lihatlah, kau membuatku cemburu dengan ekspresi bahagiamu ketika seorang gadis menawarimu makanan ringan berupa rumput laut. Kau....Dan karena terlalu hanyut dengan perasaan masa lalu yang kembali diputar, akupun tidak sadar bahwa gadis itu mengamatiku dari kasir.

Oh...tidak!!” Jeritku pelan dan dengan spontan aku langsung merunduk dari bingkai kaca jendela gudang. Bodoh sekali, kenapa aku malah melamun seperti orang tolol!. Aku menyandarkan diriku di dinding sambil merangkul kedua lutut kakiku yang tertekuk, menundukkan kepalaku di kedua sela – sela lubang himpitan lutut kaki yang terbuka.

Aku harap gadis tadi tidak menyimpan rasa curiga terhadapku. Andi....aku sudah berusaha melupakanmu. Berharap kamu tidak lagi muncul dihadapanku dimanapun itu. Oh, tidak mengapa bisa – bisanya kau hadir begitu saja dihadapanku tanpa terduga.

Lili..,” sebuah suara lirih dari Agnes dan kemudian aku merasa tubuhku serasa digoncang. “Lili, kau tidak apa – apa? Kudengar kedua kalinya Agnes memanggilku dan kembali menggoncang – goncangkan tubuhku dengan kedua tangannya. Kutengadahkan kepalaku ke atas dan menoleh ke samping, kulihat Agnes dengan posisi jongkok dengan ekspresi muka khawatir tengah memandangiku.

Aku tidak apa – apa Agnes, “ ucapku sambil berusaha tersenyum.

Kamu menagis ?”

Hah, menangis ?!” Kuusap kedua kelopak mataku, masih kurasakan sisa – sisa air mata yang bergelayutan. Bagaimana bisa aku sampai tak sadar sudah mengeluarkan air mata!. Oh, tidak, kemunculan Andi benar – benar mengguncang jiwaku.

Agnes mendadak ikut menyandarkan dirinya di dinding dan duduk dengan kedua lutut tertekuk disampingku. Dia memegangi tanganku. Perasaanku terasa sedikit baikan ketika dirinya menyentuhku dan memberikan perhatian. Dia memang benar – benar sahabatku.

Mau menceritakan apa yang terjadi sebenarnya?” Tanya Agnes, dan bagaimanapun aku sudah berjanji ingin menceritakan segalanya kepada dirinya setelah dia membantuku.

Agnes, Pria yang berada di kasir tadi.......”